Selasa, 30 April 2013

urgensi ilmu akutansi syariah: urgensi ilmu akutansi

urgensi ilmu akutansi syariah: urgensi ilmu akutansi: Menurut saya urgensi ilmu akuntansi syariah bagi kehidupan muamalah umat islam secara umum bahwa ilmu akuntansi syariah berbeda dengan ...

urgensi ilmu akutansi


Menurut saya urgensi ilmu akuntansi syariah bagi kehidupan muamalah umat islam secara umum bahwa ilmu akuntansi syariah berbeda dengan ilmu akuntansi konvensional. System ekonomi syariah menggunakan cara aplikasi menurut Al-Qur’an dan Hadis.
            System keungan syariah sangat jelas pelarangan riba,mengapa system ekonomi syariah melarang riba karena riba dapat diartikan sebagai pengambilan tambahan dalam transaksi pinjam meminjam, bahkan tambahan dalam transaksi jual beli yang dilakukan secara batil dapat dikatakan riba. Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip ekonomi syariah yang menerapkan prinsip pertanggung jawaban,prinsip keadilan dan prinsip kebenaran.
            Pada dasarnya sejak islam berkembang ekonomi syariah telah di terapkan oleh nabi Muhammad saw,dalam bentuk pencatatan – pencatatan yang di lakukan seperti pencatatan utang piutang. Namun nabi Muhammad dalam melakukan transaksi tidak meminta tambahan ( riba ) Rasulullah juga menerapkan kejujuran dan keadilan dalam bermuamalah, hal ini sangat berkaitan dengan prinsip akuntansi syariah. Jadi sangat di perlukan ilmu akuntansi syariah kehidupan bermuamalah. Jika semua system akuntansi menggunakan system akuntansi syariah perekonomian akan lebih baik,karena didasari oleh kejujuran dan keadilan.
            Akuntansi syariah dibangun berdasarkan kombinasi antara akal yang rasional dengan rasa dan intuisi. Akuntansi syari’ah berusaha memberikan kontribusi bagi akuntansi sebagai instrumen bisnis sekaligus menunjang penemuan hakikat diri dan tujuan hidup manusia.Pada versi pertama, akuntansi syari’ah memberikan tujuan dasar laporan keuangannya untuk memberikan informasi dan media untuk akuntabilitas. Informasi yang terdapat dalam akuntansi syari’ah merupakan informasi materi baik mengenai keuangan maupun nonkeuangan, serta informasi nonmateri seperti aktiva mental dan aktiva spiritual. Contoh aktiva spiritual adalah ketakwaan, sementara aktiva mental adalah akhlak yang baik. Sebagai media untuk akuntabilitas, akuntansi syari’ah memiliki dua macam akuntabilitas yaitu akuntabilitas horisontal, dan akuntabilitas vertikal. Akuntabilitas horisontal berkaitan dengan akuntabilitas kepada manusia dan alam, sementara akuntabilitas vertikal adalah akuntabilitas kepada Tuhan.  Tujuan dasar laporan keuangan syari’ah adalah: memberikan informasi,memberikan rasa damai, kasih dan sayang, serta menstimulasi bangkitnya kesadaran keTuhanan. Ketiga tujuan ini, merefleksikan secara berturut-turut dunia materi, mental, dan spiritual. Tujuan pertama secara khusus hanya menginformasikan dunia materi baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Tujuan kedua membutuhkan bentuk laporan yang secara khusus menyajikan dunia mental yakni rasa damai, kasih dan sayang. Selanjutnya tujuan ketiga, disajikan dalam wadah laporan yang khusus menyajikan informasi kebangkitankesadaran keTuhanan.